IHSG Naik 2,51%: 5 Saham Top Leader Penyumbang Penguatan Minggu Ini

IHSG Naik 2,51%: 5 Saham Top Leader Penyumbang Penguatan Minggu Ini

Di tengah serbuan sentimen global—mulai dari kekhawatiran The Fed menaikkan suku bunga acuan lebih lama hingga pelemahan yuan China—IHSG justru berhasil mencatatkan gain 2,51% selama lima hari perdagangan terakhir. Lantas, sektor dan emiten apa yang memompa indeks? Bursa Efek Indonesia mencatat lima saham yang tercatat sebagai “top leaders”, yaitu emiten dengan kontribusi poin terbesar terhadap penguatan IHSG. Menelisik daftar ini tak sekadar menunjukkan pemenang mingguan, tetapi juga memberi petunjuk potensi rotasi sektor yang bisa menjadi kunci menata ulang portofio di pekan-pekan berikutnya. Yuk, intip satu per satu siapa saja yang masuk daftar.

Pekan ini (15-19 September 2025), IHSG berhasil menutup gap di zona 8.000-an—level psikologis yang sempat menjadi resistensi sejak Agustus lalu—dengan kenaikan 2,51% ke 8.051,11. Laju itu tercatat lebih tinggi dari rata-rata mingguan tahun ini (+1,8%) sekaligus memperpanjang rangkaian penguatan tiga pekan beruntun, sehingga indeks kini membukukan YTD gain sekitar 7%. Investor ritel yang menahan cash menunjukkan minat beli kembali pada saham second liner, terutama sektor konsumsi dan infrastruktur, didorong sentimen stabilnya Rp 15.300/US$ sepanjang pekan serta realisasi belanja negara yang mulai mempercepat. Apakah rally ini cukup kuat bertahan? Mari kita telusuri lima saham paling dominan mendorong IHSG serta risiko yang perlu diwaspadai sebelum memutuskan masuk hari Senin.

Peningkatan kapitalisasi pasar Rp502 triliun dalam seminggu menandakan bahwa uang segar masih mengalir ke sektor ekuitas, meskipun sentimen global tetap volatil. Laju 3,56 persen tersebut—lebih cepat dari kenaikan IHSG—menunjukkan rerata harga saham cenderung naik di luar kapitalisasi besar, memberi petunjuk bahwa investor sedang memburu emiten menengah yang valuasinya masih tertinggal. Bagi ritel, ini bisa jadi sinyal untuk menelisik second-liner yang belum banyak disorot, terutama jika fundamental dan likuiditasnya terbukti kuat. Apakah penguatan ini berlanjut atau hanya rebound teknis? Mari kita telusuri lembar demi lembar.

Dari pantauan Bursa Efek Indonesia (BEI), terdapat lima emiten yang tercatat paling dominan mendorong sentimen positif IHSG sepanjang pekan ini. Saham-saham ini bukan cuma unggul dari sisi pencapaian harga, tapi juga menunjukkan volume perdagangan yang tinggi—indikasi bahwa bukan hanya investor institusi, dana ritel pun turut berburu. Meski belum diumumkan secara rinci oleh BEI, biasanya saham penyumbang penguatan berasal dari sektor yang baru saja menerima angin segar: mulai dari komoditas yang berkilau, emiten konsumsi dengan distribusi luas, hingga perbankan yang mulai menikmati kenaikan suku bunga acuan. Bagi investor, daftar ini layak jadi bahan riset awal: apakah penguatannya didukung oleh fundamental yang solid, atau sekadar rebound teknis? Karena tanpa pemahaman itu, keputusan beli bisa jadi taruhan buta. Mari kita telusuri satu per satu saham penyumbang penguatan tersebut untuk menakar peluang dan risikonya.

  1. BRPT menyumbang 45,95 poin kenaikan IHSG setelah melonjak 32,74% pekan ini—sentimen utama: klarifikasi divestasi pipa gas Subholding PT Barito Renewables Energy (BREN) yang memicu reli short-covering; pantau resistance Rp 1.020 karena RSI sudah 78, sehingga trader bisa pertimbangkan partial profit terlebih dahulu sambil menunggu konfirmasi aksi korporasi berikutnya.
  2. PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) menyumbang 45,23 poin ke penguatan IHSG, dengan harga saham yang naik 11,53%. Lonjakan ini didorong sentimen positif pasca divestasi unit batu bara, sehingga dana segar bisa dialokasikan untuk ekspansi ke sektor logam mulia yang lebih prospektif—potensial menarik minat institusi ber-orientasi ESG.
  3. PT Multipolar Technology Tbk (MLPT) menyumbang peningkatan sebanyak 33,96 poin ke IHSG, dengan harga saham yang menguat 96,47 persen—lonjakan ini didorong sentimen positif atas ekspansi bisnis digital dan kemungkinan aliansi strategis, sehingga menjadi sinyal awal bagi investor growth untuk menilik kembali sektor teknologi lokal yang mulai menggeliat.
  4. PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) menyumbang penguatan sebanyak 15,68 poin ke IHSG, dengan harga saham yang meningkat 27,45 persen – lonjakan ini didorong sentimen kenaikan harga komoditas nikel di pasar global; waspadai risiko koreksi jika terjadi profit-taking jangka pendek pasca rally tajam.
  5. PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) menyumbang 15,16 poin kenaikan IHSG seiring harga sahamnya yang melompat 4,62% pekan ini—penguatan yang didorong sentimen positif sektor energi terbarukan kala pemerintah tengah mempercepat proyek EBT 35 GW. Investor bisa mengawasi level Rp 1.430–Rp 1.460 sebagai resistensi terdekat sekaligus zona profit-taking jika koreksi global muncul.

Dibalik lompatan IHSG 2,51% ini, tercatat volume transaksi harian di Bursa Efek Indonesia melambung 47% menjadi Rp28,55 triliun—level tertinggi sejak Januari—sehingga rata-ratu investor ritel makin mudah keluar-masuk pasar tanpa perlu khawatir stuck posisi. Lonjakan itu sekaligus menaikkan nilai tukar saham (turnover) dari 19,42 triliun pekan lalu, menunjukkan bahwa dana segar—kemungkinan besar dari reksa dana dan rebalancing portofolio asing—mulai mengalir kembali ke emiten-emiten berkapitalisasi menengah. Bagi Anda yang kerap ketinggalan momentum, sinyal ini bisa jadi entry point, asal tahu dulu sektor apa yang benar-benar didongkrak oleh lima saham top leader berikut.

Selain pergerakan indeks, data volume perdagangan turut mencerminkan peningkatan minat pelaku pasar. Rata-rata volume harian selama seminggu ini tercatat melonak lebih dari seperempat, menembus level 42 miliar lembar—lonjakan terbesar sejak awal Juni. Artinya, uang segar mulai mengalir kembali ke bursa, didukung aksi beli investor asing yang berbalik net-buy setelah lima pekan merangkak. Bagi investor ritel, sinyal ini bisa menjadi konfirmasi awal bahwa risiko jangka pendek mulai mereda; sekaligus pengingat untuk selektif mengecek fundamental emiten pilihan sebelum menambah posisi. Jadi, sektor mana saja yang paling banyak menyerap likuiditas, dan bagaimana pola distribusinya di hari-hari berikutnya?

Selain dari sisi harga, aktivitas pasar pun menunjukkan peningkatan: frekuensi transaksi harian rata-rata naik 4,42% menjadi 2,13 juta kali selama pekan ini, dibanding 2,04 juta kali pada periode sebelumnya. Lonjakan kecil ini mencerminkan minat investor ritel yang mulai kembali, didukung sentimen positif dari aksi buyback emiten-emiten besar serta pelan-pelan menguatnya rupiah. Meskipun volume tetap di bawah level awal tahun—ketika sentimen global masih ramah—tren naik ini bisa jadi sinyal bahwa sebagian pelaku pasar mulai melihat kisaran tertentu sebagai lantai yang cukup menarik untuk akumulasi. Apakah momentum ini akan terus berlanjut atau terbatas pada window-dressing akhir triwulan? Bagian berikut mengulas faktor penggerak yang perlu diperhatikan sebelum memutuskan membeli saham pilihan Anda.

Aliran dana asing yang kembali masuk pada penutupan Jumat (19/9)—sebesar Rp2,87 triliun—memberi angin segar bagi bursa setelah tekanan jual yang terjadi sejak awal 2025. Meski akumulasi masih menunjukkan net sell Rp58,7 triliun year-to-date, pola pembelian harian yang mulai menguat menandai penurunan intensitas aksi profit-taking global, terutama dari sektor yang baru saja turun tajam. Bagi investor ritel, sinyal ini bisa dijadikan patokan awal untuk menilik apakah sentimen risk-on asing akan berlanjut di pekan depan; sebab, perubahan arus dana asing kerap mendahului pergerakan indeks sebesar 1–2 sesi. Mari kita telusuri katalis dan risiko apa saja yang masih mengitari pasar dalam lima hari ke depan.