IHSG Menguat ke 8.188, 247 Saham Hijau: Rekomendasi Saham Pilihan Hari Ini

IHSG Menguat ke 8.188, 247 Saham Hijau: Rekomendasi Saham Pilihan Hari Ini

IHSG kembali mencuat 0,6% ke 8.188 pada pembukaan Senin (7/10), didorong aksi beli masuk di sektor pertambangan dan konsumsi setelah harga komoditas global rebound dan data inflasi AS yang lebih dingin. Gegeran 247 saham sudah berubah hijau di menit-menit awal, menandapi investor masih “berburu” sentimen positif dari potensi BI rate lebih lama di level 6% dan realisasi dividen emiten-emiten besar. Bagi ritel, ini adalah sinyal penting: volatilitas tetap tinggi, tapi ruang trading terbuka lebar asal bisa memilah saham yang fundamentalnya kuat. Jadi, emiten mana saja yang layak masuk radar hari ini?

Penguatan IHSG di kisaran 8.188 pagi ini—didukung 247 saham hijau—berpotensi menepis kekhawatiran atas penurunan konsumsi pasca-long weekend, terutama setelah data RTBC Global Research menunjukkan penjualan eceran naik 9% mom di Mei. Kenaikan berimbang sektor pertambangan dan consumer non-cyclical mengindikasikan dana mulai berpindah dari saham high-beta ke emiten berfundamental stabil; ini bisa menjadi pintu masuk bagi investor ritel yang ingin menyesuaikan portofolio tanpa menunggu sentimen Fed melemah. Sebelum memilih saham, simak dulu faktor penggerak sektoral di paragraf berikut agar entry level tetap terkendali di tengah volatilitas Rupiah.

  • IHSG naik 0,59% ke 8.188,31 di pembukaan 7 Okt 2025 dengan transaksi Rp523,32 miliar—lonjakan di atas rata-rata 20 hari (Rp460 m) menandang minori institusional kembali masuk, ideal untuk mengakumulasi big caps dengan beta >1 yang biasanya lebih dulu memimpin rebound.
  • Saham sektor pertambangan dan batu bara (ADRO, PTBA) berpotensi menguat menyusul rally harga batubara Newcastle +3% di AS; alokasi singkat dengan stop-loss 2,5% jika resistance 8.220 pecah.
  • CGSI mengangkat INTP, BTPS, EMTK, BRPT, BREN, PSAB—sektor konstruksi dan media diprediksi dapat menunjang beta-portofolio jika tren infrastruktur & konsumsi data tetap solid; manfaatkan level support teknikal masing-masing untuk set stop-loss agresif sebelum peluncuran data IHSG besok.

Pada perdagangan Selasa (7/10) indeks berhasil menembus resisten psikologis 8.180 di awal sesi, didorong aksi beli selective pada saham-saham infrastruktur dan konsumsi yang mulai memasuki fase rebound pasca koreksi September. Penguatan 0,59% ini menunjukkan bahwa sentimen global—termasuk pelonggaran kebijakan China dan pelemahan DXY—masih menjadi angin segar bagi pasar berkembang, termasuk Indonesia. Namun, volume yang masih tipis di bawah rata-rata 20 hari menunjukkan investor masih menunggu katalis lokal berupa data inflasi September dan hasil RDG BI pekan depan. Bagi ritel, momentum ini bisa dimanfaatkan untuk trading pendek pada emiten yang fundamental tetap solid, sambil tetap mengawasi risiko jika IHSG kembali tertahan di 8.200. Apa saja sektor dan nama yang masih menarik disusul?

Data RTI Business menunjukkan volume perdagangan hari ini tercatat 553,64 juta lembar saham dengan nilai transaksi Rp523,32 miliar—angka yang masih relatif rendah dibandingkan rata-rata 20 hari terakhir. Meskipun IHSG berhasil rebound ke level 8.188, frekuensi perdagangan yang hanya 56 ribu kali menandakan bahwa banyak investor masih berada di posisi wait-and-see, menunggu sentimen yang lebih jelas dari The Fed maupun kebijakan domestik. Rendahnya minin initi peluang bagi investor ritel untuk hunting saham-saham pilihan yang baru saja tertekan, namun tetap selektif pada emiten dengan fundamental kokoh dan arus kas stabil; simak saham-saham apa saja yang masih menarik di tengah kondisi ini.

Di tengah aksi beli yang didorong oleh optimisme seputar suku bunga BI yang diperkirakan stabil di kisaran 6,0%, penguatan IHSG ke 8.188 berhasil mengangkat 247 saham—sektor konsumsi dan transportasi menjadi motor utama—sementara 79 saham terkoreksi karena profit-taking pada emiten pertambangan yang baru saja menyentuh resisten teknikal, dan 271 saham memilih konsolidasi menunggu keputusan rapat Dewan Gubernur BI besok; sentimen ini menunjukkan bahwa dana asing kembali mencari lapis kedua yang fundamentalnya teruji, jadi mari kita telusuri emiten mana yang siap melanjutkan rally jika ternyata BI mempertahankan suku bunga.

Sejalan dengan dorongan beli di sektor pertambangan dan kenaikan harga komoditas global, IHSG mengawali perdagangan dengan bias positif yang telah dibicarakan CGS International Sekuritas Indonesia dalam riset hariannya. Perhatian investor kini beralih pada keputasan suku bunga The Fed dinihari nanti yang bisa memicu aksi profit-taking; oleh karena itu, sebaiknya pantau level support 8.150 dan tahan di 8.220 sebelum menambah posisi, sekaligus saring emiten yang fundamentalnya kuat dan berpotensi mengumumkan kinerja kuartal-I di atas ekspektasi. Mari kita lihat sektor mana yang berpeluang menjadi motor penggerak lanjutan.

Setelah berhasil bertahan di atas level 8.000 selama tiga sesi berturut-turut, IHSG kini menguji area resistance 8.180-8.220 yang juga berperan sebagai titik pembalikan sejak awal September. Dukungan dari aksi beli investor asing—yang tercatat masih net buy sebesar Rp 1,2 miliar di pembukaan—menjadi catalis utama, sekaligus menekan tekanan jual di sektor pertambangan yang sempat terkoreksi pasca pelemahan harga komoditas batubara. Bagi investor ritel, rentang support 8.060-8.100 dapat dimanfaatkan sebagai patokan untuk mengatur posisi beli bertahap, terutama pada saham-saham second liner yang belum menyentuh band atas, sambil menunggu konfirmasi break resistance untuk melirik potensi penguatan lanjutan di sesi siang.

Rebound Dow Jones (+0,8%) dan S&P 500 (+0,9%) tadi malam memberi angin segar bagi IHSG yang pagi ini langsung mencuat 0,6% ke 8.188; investor ritel dapat memanfaatkan momentum ini untuk menilik saham-saham LQ45 yang baru saja keluar dari zona jenuh jual seperti TLKM dan UNVR, karena aliran dana asing yang kembali masuk ke pasar regional—tercatat net buy USD 47 juta di Taiwan dan USD 23 juta di Thailand—seringkali berimbas pada bursa domestik 1-2 hari berikutnya, terutama jika rupiah terus bertahan di batas Rp15.700/USD.

Penguatan komoditas utama—minyak mentikat WTI yang menembus US$ 80/barel serta CPO yang rebound ke kisaran Rp 10.800/kg—berpotensi menopang sektor pertambangan & perkebunan di BEI, sehingga indeks pertambangan kemarin naik 1,9%. Bagi investor ritel, momentum ini bisa dimanfaatkan untuk mengintip emiten-emiten berkapitalisasi menengah yang masih belum banyak dimainkan, selama harga komoditas bertahan di level terkini. Namun, tetap awasi volume: bursa regional mulai berfluktuasi karena ekspektasi Fed “higher-for-longer”, sehingga alokasi bertahap tetap lebih aman daripada mengejar lompakan harian. Bagaimana menyusun watchlist hari ini agar tak tertinggal pergerakan sektoral berikutnya?

Saham Pilihan Hari Ini: Emiten Penggerak IHSG yang Potensi Cuan

Dalam suasana IHSG yang berhasil bertahan di zona hijau—didukung oleh aliran dana asing yang kembali masuk ke saham-saham big caps—CGS International Sekuritas menitikberatkan perhatian pada tiga emiten yang berpotensi menangkap sentimen positif: Indocement (INTP) yang mulai merasakan efek dari konsolidasi harga semen regional, Bank BTPN Syariah (BTPS) yang dipandang masih premia setelah aksi korporasi pekan lalu, serta Emtek (EMTK) yang didorong oleh penguatan iklan digital dan prospek sinergi konten OTT-nya. Ketiganya dinilai memiliki katalis jangka pendek terpisah dari goncangan makro global, sehingga bisa menjadi alat diversifikasi ketika volatilitas kembali muncul; apakah fundamental mereka cukup kokoh untuk menahan tekanan suku bunga acuan yang masih tinggi, atau justru ada faktor risiko yang luput dari pantauan? Simak uraiannya di bawah ini.

Di tengah pencairan dana program emisi berkelanjutan yang mulai terasa, tiga emiten berbasis sumber daya alam—BRPT, BREN, dan PSAB—kembali masuk radar para analis. BRPT diuntungkan oleh kenaikan harga petrokimia global yang menopang margin anak usaha, sementara BREN mulai menikmati efek penggandaan kapasitas pembangkit berbasis energi baru terbarukan yang dipercepat di kuartal II. PSAB, di sisi lain, tampak memanfaatkan konsolidasi harga emas untuk menekan biaya produksi, sehingga potensi arus kas operasionalnya diperkirakan tetap sehat meski volatilitas komoditas masih tinggi. Ketiganya bergerak di sektor yang berbeda, namun berkonvergensi pada satu tema: efisiensi operasional ditopang harga komoditas yang relawan. Bagaimana strategi entry yang tepat untuk masing-masing kandidat ini agar risiko volatilitas bisa ditekan? Mari kita uraikan satu per satu.